Mengulas Persepsi Publik Terhadap Berita

by Jhon Lennon 41 views

Bro, pernah gak sih kalian lagi scroll-scroll berita terus tiba-tiba nemu judul yang clickbait abis? Atau mungkin lagi baca berita terus mikir, "Ini beneran gak sih?" Nah, persepsi terhadap berita itu kayak gitu deh, guys. Gimana kita tuh ngeliat, nangkep, dan nerima informasi yang disajikan sama media. Ini penting banget, lho, karena berita itu kan ibarat makanan sehari-hari buat otak kita. Kalau makanannya gak sehat, ya otak kita juga bisa jadi gak sehat, kan?

Jaman sekarang tuh informasi tuh banjir banget. Dari TV, radio, koran, sampe smartphone yang ada di tangan kita. Semua nyajiin berita. Tapi, gak semua berita itu bisa kita telen mentah-mentah, lho. Kita tuh perlu punya saringan. Nah, saringan ini yang namanya persepsi terhadap berita. Gimana kita bisa bedain mana berita yang valid, mana yang hoax, mana yang bias, dan mana yang cuma sekadar opini doang. Ini bukan cuma soal pinter atau gak pinter, tapi soal kritis. Jadi, kalau kalian dapet berita, jangan langsung percaya aja. Coba deh dicari tahu sumbernya, diliat dari sudut pandang yang lain, tanya ke temen yang lebih ngerti. Intinya, jangan gampang termakan sama apa yang disajiin. Kita harus cerdas dalam memilih dan mencerna informasi. Karena di era digital ini, literasi media itu jadi kunci utama buat kita tetep waras dan gak gampang dibohongin sama berita yang menyesatkan. Jadi, yuk mulai dari sekarang kita jadi pembaca berita yang lebih cerdas dan kritis, biar gak gampang tertipu sama narasi yang dibangun media.

Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Terhadap Berita

Oke, jadi guys, apa aja sih yang bikin persepsi kita terhadap berita itu beda-beda? Ternyata banyak lho faktornya. Pertama, ada yang namanya latar belakang pribadi. Ini tuh kayak pengalaman hidup kita, nilai-nilai yang kita pegang, sampe keyakinan kita. Misalnya nih, kalau kamu tuh orangnya idealistis banget, mungkin kamu bakal lebih sensitif sama berita yang ngomongin ketidakadilan. Sebaliknya, kalau kamu lebih pragmatis, mungkin kamu bakal lebih fokus ke solusi yang ditawarin. Terus, ada juga pengaruh sosial. Kita kan makhluk sosial, jadi apa yang dipikirin sama temen, keluarga, atau komunitas kita tuh bisa banget ngaruh ke cara kita ngeliat berita. Kalau temen-temenmu pada skeptis sama satu media, ya kemungkinan besar kamu juga bakal ikut skeptis, kan? Gak cuma itu, preferensi media juga ngaruh banget. Kamu sukanya baca media yang mana? Kalau kamu langganan media A, ya pasti kamu bakal lebih nyambung sama cara pandang media A. Dan seringkali, kita tuh tanpa sadar nyari berita yang sesuai sama apa yang udah kita percaya. Ini namanya bias konfirmasi. Jadi, kita tuh cenderung lebih gampang percaya sama informasi yang udah sejalan sama pemikiran kita. Terus, ada juga yang namanya emosi. Kalau kita lagi seneng, berita yang jelek mungkin gak terlalu ngefek. Tapi kalau lagi sedih atau marah, berita yang negatif bisa jadi makin bikin down. Nah, yang gak kalah penting lagi adalah kualitas berita itu sendiri. Gimana cara wartawannya nulis, angle beritanya, sampe pemilihan katanya. Kalau bahasanya kasar atau provokatif, ya jelas aja bikin kita jadi punya persepsi yang negatif, kan? Jadi, intinya, persepsi terhadap berita itu dibentuk dari banyak hal, guys. Mulai dari diri kita sendiri, lingkungan sekitar, sampe cara media itu nyajiin beritanya. Penting banget buat kita sadar akan faktor-faktor ini biar kita bisa lebih objektif dalam memandang setiap informasi yang datang.

Bagaimana Media Membentuk Persepsi Publik

Nah, sekarang kita ngomongin soal gimana sih media itu bisa ngulik dan ngebentuk persepsi terhadap berita yang ada di kepala kita, guys. Ini bukan sihir, tapi ada caranya lho. Pertama, media itu punya kekuatan dalam menentukan agenda (agenda setting). Maksudnya, media itu bisa milih berita apa aja yang mau diekspos dan dikasih highlight. Kalau media terus-terusan ngomongin soal kenaikan harga barang, ya lama-lama orang jadi mikir, "Wah, emang bener nih harga-harga naik parah." Akhirnya, isu itu jadi penting buat masyarakat. Media itu kayak nunjukin, "Eh, ini lho yang penting buat kalian pikirin." Terus, ada juga yang namanya pembingkaian (framing). Ini tuh kayak media milih angle atau sudut pandang tertentu buat nyajiin berita. Misalnya, ada kasus korupsi. Satu media bisa ngebingkai beritanya sebagai cerita tentang kegagalan sistem hukum, sementara media lain bisa ngebingkai sebagai cerita tentang keserakahan oknum. Beda bingkai, beda deh persepsi yang muncul di kepala kita. Gak cuma itu, pemilihan kata (word choice) juga punya peran gede banget. Kata-kata yang dipilih media bisa ngasih nuansa positif atau negatif. Contohnya, nyebut demonstran sebagai "pejuang" atau "perusuh", ini kan beda banget dampaknya ke persepsi kita. Media juga bisa ngasih penekanan (priming) pada aspek tertentu dari sebuah isu. Jadi, kita tuh diarahkan buat fokus ke hal-hal yang penting menurut media. Misalnya, pas berita pemilu, media bisa lebih banyak ngebahas program ekonomi calon A, sementara program calon B sedikit disinggung. Otomatis, kita jadi lebih ngenal program ekonomi calon A, kan? Terakhir, pemilihan sumber berita juga penting. Kalau media selalu ngutip sumber dari pemerintah, ya persepsi kita bakal cenderung ke arah pemerintah. Sebaliknya, kalau lebih banyak ngutip dari aktivis, ya persepsi kita bakal beda lagi. Jadi, media itu punya kekuatan besar, guys, dalam ngebentuk cara kita melihat dunia lewat berita yang mereka sajikan. Makanya, kita sebagai konsumen berita harus pinter-pinter nyari informasi dari berbagai sumber biar gak cuma dikasih satu perspektif aja.

Cara Mengatasi Bias dalam Persepsi Berita

Bro, kita semua tahu lah ya kalau media itu kadang suka punya bias sendiri, entah itu sengaja atau gak sengaja. Nah, gimana sih caranya kita biar gak gampang tertipu sama bias ini dan punya persepsi terhadap berita yang lebih objektif? Yang pertama dan paling penting adalah diversifikasi sumber berita. Jangan cuma baca atau nonton satu media doang, guys! Coba deh cari berita dari berbagai macam media, baik yang nasional, internasional, media yang mainstream, sampe media yang mungkin agak indie. Dengan kayak gitu, kita bisa dapet gambaran yang lebih lengkap dan punya banyak sudut pandang. Terus, yang kedua, cek fakta dan sumbernya. Kalau ada berita yang kelihatannya heboh atau mencurigakan, jangan langsung share atau percaya gitu aja. Coba deh cari tahu kebenarannya. Ada banyak website cek fakta yang bisa kita pake. Perhatiin juga siapa narasumbernya. Apakah dia orang yang kompeten di bidangnya? Atau cuma asal ngomong? Yang ketiga, kenali bias pribadi kita sendiri. Guys, kita semua punya bias, kok. Ada yang bias politik, bias agama, atau bias kesukaan sama artis tertentu. Coba deh introspeksi diri, jangan-jangan kita tuh lebih gampang percaya sama berita yang nyenengin hati kita aja. Dengan sadar akan bias kita, kita jadi bisa lebih hati-hati. Keempat, analisis framing dan tone berita. Coba deh perhatiin cara media itu nyampein beritanya. Apakah bahasanya provokatif? Apakah ada kata-kata yang nggiring opini? Siapa yang diuntungkan dari pemberitaan ini? Dengan menganalisis ini, kita bisa ngeliat 'di balik layar' pemberitaan. Kelima, diskusi dengan orang lain. Ngobrol sama temen, keluarga, atau kolega tentang berita yang lagi hot. Dengerin pendapat mereka, bandingin sama pendapatmu. Siapa tahu ada sudut pandang baru yang belum kepikiran. Tapi inget, diskusi yang sehat ya, jangan sampe jadi debat kusir. Terakhir, tingkatkan literasi media. Ini tuh kayak skill yang harus terus diasah. Pelajari gimana cara kerja media, gimana berita diproduksi, dan apa aja tantangannya. Semakin kita paham, semakin susah kita dibohongin. Intinya, mengatasi bias dalam persepsi berita itu butuh usaha sadar dan kritis dari kita sebagai pembaca. Gak ada yang instan, tapi kalau kita terus latihan, pasti bisa kok jadi konsumen berita yang lebih cerdas.

Dampak Persepsi Negatif Terhadap Berita

Bro, kalau kita punya persepsi terhadap berita yang jelek terus-terusan, itu dampaknya bisa lumayan gawat lho buat kita dan juga buat masyarakat. Yang pertama, ini bisa bikin kita jadi gampang terprovokasi dan apatis. Gini nih, kalau kita udah gak percaya sama semua berita, semuanya dianggap hoax atau manipulatif, kita jadi males nyari tahu yang bener. Terus, kalau ada isu penting yang disajikan, kita jadi gak peduli. Akhirnya, kita jadi apatis sama masalah-masalah di sekitar kita. Padahal, kan, seharusnya berita itu bikin kita makin peduli dan tergerak buat berbuat sesuatu. Dampak lainnya adalah menurunnya kepercayaan publik terhadap media. Kalau masyarakat udah gak percaya sama media, mau berita seakurat apa pun yang disajikan, bakal tetep dicurigai. Ini bahaya banget, guys, karena media yang kredibel itu penting banget buat demokrasi. Media yang dipercaya itu jadi jembatan informasi antara pemerintah, masyarakat, dan isu-isu penting lainnya. Kalau jembatan ini rusak, ya komunikasi jadi terhambat. Terus, mudah tersulut konflik sosial. Persepsi negatif terhadap berita seringkali diperparah sama hoax dan disinformasi yang sengaja disebarin. Orang jadi gampang percaya sama berita bohong yang isinya memecah belah. Akibatnya? Konflik horizontal, ketidakpercayaan antar kelompok, sampe kerusuhan sosial. Ini udah sering kejadian, kan? Gak cuma itu, kesehatan mental kita juga bisa terganggu. Terlalu sering terpapar berita negatif, apalagi kalau kita gak bisa memilahnya, bisa bikin kita jadi cemas, stress, bahkan depresi. Ditambah lagi kalau kita sering overthinking gara-gara berita yang bikin ngeri. Terakhir, ini bisa berdampak ke ketidakstabilan informasi. Di era digital ini, berita tuh cepet banget nyebarnya. Kalau persepsi publik terhadap berita jadi negatif, hoax itu bakal lebih gampang nyebar dan lebih susah dikontrol. Akhirnya, masyarakat jadi bingung mau percaya sama siapa dan informasi apa. Jadi, intinya, persepsi negatif terhadap berita itu bukan cuma masalah personal, tapi bisa berdampak luas ke sendi-sendi kehidupan bermasyarakat. Makanya, penting banget buat kita terus belajar jadi pembaca berita yang cerdas dan kritis, biar gak kebawa arus informasi yang negatif.

Peran Literasi Media dalam Membentuk Persepsi Berita

Guys, kita udah ngomongin banyak soal persepsi terhadap berita, mulai dari faktornya, gimana media ngebentuknya, sampe dampaknya kalo persepsi kita negatif. Nah, sekarang kita mau bahas satu hal yang super penting banget buat ngatasin semua itu, yaitu literasi media. Apa sih literasi media itu? Gampangnya, ini tuh kayak skill atau kemampuan kita buat ngakses, menganalisis, ngevaluasi, dan bahkan bikin konten media. Jadi, bukan cuma sekadar bisa baca doang, tapi kita harus bisa ngeraba isi beritanya. Kenapa literasi media ini penting banget buat persepsi kita terhadap berita? Pertama, literasi media itu bikin kita jadi kritis. Orang yang melek literasi media itu gak gampang telen mentah-mentah informasi. Dia bakal nanya, "Ini sumbernya dari mana? Siapa yang bikin berita ini? Apa tujuannya?" Pertanyaan-pertanyaan dasar ini penting banget buat nyaring berita. Kedua, literasi media itu ngebantu kita mengenali bias. Kita jadi sadar kalau media itu punya sudut pandang, dan kita juga punya bias sendiri. Dengan kesadaran ini, kita bisa lebih objektif dalam menilai sebuah berita. Kita gak cuma terbuai sama berita yang sesuai sama keinginan kita aja. Ketiga, literasi media itu ngebikin kita mampu membedakan fakta dan opini. Ini penting banget di era sekarang yang banyak banget opini dibungkus jadi berita. Kita jadi bisa memisahkan mana yang beneran kejadian, mana yang cuma pendapat orang. Keempat, literasi media itu ngajarin kita buat mengevaluasi kredibilitas sumber. Kita jadi tau cara ngecek apakah sumber berita itu bisa dipercaya atau enggak. Misalnya, apakah dia ahli di bidangnya, apakah dia punya rekam jejak yang baik, dll. Kelima, literasi media itu juga bisa bikin kita jadi produsen konten yang bertanggung jawab. Kalau kita paham cara kerja media, kita jadi lebih hati-hati kalau mau nyebarin informasi. Kita gak mau kan jadi bagian dari penyebar hoax? Jadi, intinya, literasi media itu kayak 'vaksin' buat otak kita di era banjir informasi ini. Semakin tinggi tingkat literasi media kita, semakin kuat kita dalam membentuk persepsi terhadap berita yang sehat, objektif, dan gak gampang dimanipulasi. Yuk, mulai sekarang kita sama-sama ningkatin literasi media kita, guys! Biar kita gak gampang dibohongin dan bisa jadi warga digital yang cerdas.